PANDUAN PRAKTIK KLINIS VARISELA


1. Pengertian (Definisi) Infeksi akut primer oleh virus Varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Masa inkubasi 14-21 hari. Penularan melalui udara (air-borne) dan kontak langsung.


2. Anamnesis Demam, malaise, dan nyeri kepala. Kemudian disusul timbulnya lesi kulit berupa papul eritem yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Biasanya disertai rasa gatal.

Faktor Risiko

1.  Anak-anak.

2.  Riwayat kontak dengan penderita varisela.

3.  Keadaan imunodefisiensi.


3. Pemeriksaan Fisik Erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan embun  (tear  drops).  Vesikel  akan  menjadi  keruh  dan  kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel- vesikel baru yang menimbulkan gambaran polimorfik khas untuk varisela. Penyebaran terjadi secara sentrifugal, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas atas.


4. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dapat dilakukan di Puskesmas ..............

5. Kriteria Diagnosis Tidak ada



6. Diagnosis Kerja Varisela


7. Diagnosis Banding 1. Variola

2. Herpes simpleks disseminata

3. Coxsackievirus

4. Rickettsialpox


8. Penatalaksanaan 1. Gesekan kulit perlu dihindari agar tidak mengakibatkan pecahnya vesikel. Selain itu, dilakukan pemberian nutrisi TKTP, istirahat dan mencegah kontak dengan orang lain.

2. Gejala prodromal diatasi sesuai dengan indikasi. Aspirin dihindari karena dapat menyebabkan Reye’s syndrome.

3. Losio kalamin dapat diberikan untuk mengurangi gatal.

4. Pengobatan antivirus oral

Asiklovir: dewasa 5 x 800 mg/hari, anak-anak 4 x 20 mg/kgBB (dosis maksimal 800 mg), atau Pemberian obat tersebut selama 7-10 hari dan efektif diberikan pada 24 jam pertama setelah timbul lesi.


9. Edukasi Edukasi bahwa varisella merupakan penyakit yang self-limiting pada anak yang imunokompeten. Komplikasi yang ringan dapat berupa infeksi bakteri sekunder. Oleh karena itu, pasien sebaiknya menjaga kebersihan tubuh. Penderita sebaiknya dikarantina untuk mencegah penularan.


10. Kriteria Rujukan 1. Terdapat gangguan imunitas

2. Mengalami komplikasi yang berat seperti pneumonia, ensefalitis, dan hepatitis.


11. Prognosis Bonam pada pasien imunokompetem

Dubia ad bonam pada pasien immunokompramais


12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. 


No comments:

Post a Comment