PANDUAN PRAKTIK KLINIS TAENIASIS


1. Pengertian (Definisi) Taeniasis adalah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica) pada manusia. 

Taenia saginata adalah cacing yang sering ditemukan di negara yang penduduknya banyak makan daging sapi/kerbau. Infeksi lebih mudah terjadi bila cara memasak daging setengah matang. 

Taenia solium adalah cacing pita yang ditemukan di daging babi. 


2. Anamnesis Keluhan 

Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak khas. Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatis). Gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain: 

1. Rasa tidak enak pada lambung 

2. Mual 

3. Badan lemah 

4. Berat badan menurun 

5. Nafsu makan menurun 

6. Sakit kepala 

7. Konstipasi 

8. Pusing 

9. Pruritus ani 

10. Diare 


Faktor Risiko 

1. Mengkonsumsi daging yang dimasak setengah matang/mentah, dan mengandung larva sistiserkosis. 

2. Higiene yang rendah dalam pengolahan makanan bersumber daging. 

3. Ternak yang tidak dijaga kebersihan kandang dan makanannya. 



3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan tanda vital. 

2. Pemeriksaan generalis: nyeri ulu hati, ileus juga dapat terjadi jika cacing membuat obstruksi usus. 


4. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium darah tepi: dapat ditemukan eosinofilia, leukositosis, LED meningkat. 

2. Pemeriksaan tinja tidak dapat dilakukan di Puskesmas ......... 


5. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.


6. Diagnosis Kerja Taeniasis


7. Diagnosis Banding Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 


8. Penatalaksanaan 1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain: 

a. Mengolah daging sampai matang dan menjaga kebersihan hewan ternak. 

b. Menggunakan jamban keluarga. 


2. Farmakologi: 

Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4 minggu. 

Pengobatan terhadap cacing dewasa dikatakan berhasil bila ditemukan skoleks pada tinja, sedangkan pengobatan sistiserkosis hanya dapat dilakukan dengan melakukan eksisi. 


9. Edukasi Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain: 

1. Mengolah daging sampai matang dan menjaga kebersihan hewan ternak 

2. Sebaiknya setiap keluarga memiliki jamban keluarga. 


10. Kriteria Rujukan Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada sistiserkosis.


11. Prognosis Prognosis pada umumnya bonam kecuali jika terdapat komplikasi berupa sistiserkosis yang dapat mengakibatkan kematian. 

12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama



No comments:

Post a Comment