PANDUAN PRAKTIK KLINIS SKISTOSOMIASIS


1. Pengertian (Definisi) Skistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke). Terdapat tiga spesies cacing trematoda utama yang menjadi penyebab skistosomiasis yaitu Schistosoma japonicum, Schistosoma haematobium dan Schistosoma mansoni. Spesies yang kurang dikenal yaitu Schistosoma mekongi dan Schistosoma intercalatum. 

2. Anamnesis Keluhan 

1. Pada fase akut, pasien biasanya datang dengan keluhan demam, nyeri kepala, nyeri tungkai, urtikaria, bronkitis, nyeri abdominal. Biasanya terdapat riwayat terpapar dengan air misalnya danau atau sungai 4-8 minggu sebelumnya, yang kemudian berkembang menjadi ruam kemerahan (pruritic rash).

2. Pada fase kronis, keluhan pasien tergantung pada letak lesi misalnya: 

a. Buang air kecil darah (hematuria), rasa tak nyaman hingga nyeri saat berkemih, disebabkan oleh urinary schistosomiasis biasanya disebabkan oleh S. hematobium. 

b. Nyeri abdomen dan diare berdarah biasanya disebabkan oleh intestinal skistosomiasis, biasanya disebabkan oleh S. mansoni, S. Japonicum juga S. Mekongi.  

c. Pembesaran perut, kuning pada kulit dan mata disebabkan oleh hepatosplenic skistosomiasis yang biasanya disebabkan oleh S. Japonicum. 


Faktor Risiko

Orang-orang yang tinggal atau datang berkunjung ke daerah endemik di sekitar lembah Napu dan Lindu, Sulawesi Tengah dan mempunyai kebiasaan terpajan dengan air, baik di sawah maupun danau di wilayah tersebut.


3. Pemeriksaan Fisik 1. Pada skistosomiasis akut dapat ditemukan: 

a. Limfadenopati 

b. Hepatosplenomegaly 

c. Gatal pada kulit

d. Demam

e. Urtikaria 

f. Buang air besar berdarah (bloody stool) 


2. Pada skistosomiasis kronik bisa ditemukan: 

a. Hipertensi portal dengan distensi abdomen, hepatosplenomegaly 

b. Gagal ginjal dengan anemia dan hipertensi

c. Gagal jantung dengan gagal jantung kanan 

d. Intestinal polyposis 

e. Ikterus  

4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang 

Penemuan telur cacing pada sedimen urin 


5. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga penemuan telur cacing pada pemeriksaan tinja dan juga sedimen urin. 


6. Diagnosis Kerja Skistosomiasis


7. Diagnosis Banding -

8. Penatalaksanaan 1. Pengobatan diberikan dengan dua tujuan yakni untuk menyembuhkan pasien atau meminimalkan morbiditas dan mengurangi penyebaran penyakit. 

2. Prazikuantel adalah obat pilihan yang diberikan karena dapat membunuh semua spesies Schistosoma. Walaupun pemberian single terapi sudah bersifat kuratif, namun pengulangan setelah 2 sampai 4 minggu dapat meningkatkan efektifitas pengobatan. Pemberian prazikuantel dengan dosis sebagai berikut: 

- S. mansoni, S. haematobium, 

S. intercalatum:

40 mg/kg badan per hari oral dan dibagi dalam dua dosis perhari.

- S. japonicum, S. mekongi:

60 mg/kg berat badan per hari oral dan dibagi dalam tiga dosis perhari.


9. Edukasi 1. Hindari berenang atau menyelam di danau atau sungai di daerah endemik skistosomiasis. 

2. Minum air yang sudah dimasak untuk menghindari penularan lewat air yang terkontaminasi. 

 

10. Kriteria Rujukan Kriteria Rujukan 

Pasien yang didiagnosis dengan skistosomiasis (kronis) disertai komplikasi.


11. Prognosis Pada skistosomiasis akut, prognosis adalah dubia ad bonam, sedangkan yang kronis, prognosis menjadi dubia ad malam. 


12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama



No comments:

Post a Comment