PANDUAN PRAKTIK KLINIS PIELONEFRITIS TANPA KOMPLIKASI


1. Pengertian (Definisi) Pielonefritis akut (PNA) tanpa komplikasi adalah peradangan parenkim dan pelvis ginjal yang berlangsung akut. 


2. Anamnesis Keluhan 

1. Onset penyakit akut dan timbulnya tiba-tiba dalam beberapa jam atau hari 

2. Demam dan menggigil 

3. Nyeri pinggang, unilateral atau bilateral 

4. Sering disertai gejala sistitis, berupa: frekuensi, nokturia, disuria, urgensi, dan nyeri suprapubik 

5. Kadang disertai pula dengan gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, diare, atau nyeri perut 


Faktor Risiko 

Faktor risiko PNA serupa dengan faktor risiko penyakit infeksi saluran kemih lainnya, yaitu: 

1. Lebih sering terjadi pada wanita usia subur 

2. Sangat jarang terjadi pada pria berusia <50 tahun, kecuali homoseksual 

3. Koitus per rektal 

4. HIV/AIDS  

5. Adanya penyakit obstruktif urologi yang mendasari misalnya tumor, striktur, batu saluran kemih, dan pembesaran prostat 

6. Pada anak-anakdapat terjadi bila terdapat refluks vesikoureteral 


3. Pemeriksaan Fisik Tampilan klinis tiap pasien dapat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga menunjukkan tanda dan gejala menyerupai sepsis. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda di bawah ini: 

1. Demam dengan suhu biasanya mencapai >38,5oC 

2. Takikardi 

3. Nyeri ketok pada sudut kostovertebra, unilateral atau bilateral 

4. Ginjal seringkali tidak dapat dipalpasi karena adanya nyeri tekan dan spasme otot 

5. Dapat ditemukan nyeri tekan pada area suprapubik 

6. Distensi abdomen dan bising usus menurun (ileus paralitik) 


4. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis 

Urin porsi tengah (mid-stream urine) diambil untuk dilakukan pemeriksaan dip-stick dan mikroskopik. Temuan yang mengarahkan kepada PNA adalah: 

a. Piuria, yaitu jumlah leukosit lebih dari 5 – 10 / lapang pandang besar (LPB) pada pemeriksaan mikroskopik tanpa / dengan pewarnaan Gram, atau leukosit esterase (LE) yang positif pada pemeriksaan dengan dip-stick. 

b. Silinder leukosit, yang merupakan tanda patognomonik dari PNA, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik tanpa/dengan pewarnaan Gram. 

c. Hematuria, yang umumnya mikroskopik, namun dapat pula gross. Hematuria biasanya muncul pada fase akut dari PNA. Bila hematuria terus terjadi walaupun infeksi telah tertangani, perlu dipikirkan penyakit lain, seperti batu saluran kemih, tumor, atau tuberkulosis. 

d. Bakteriuria bermakna, yaitu > 104 koloni/ml, yang nampak lewat pemeriksaan mikroskopik tanpa /dengan pewarnaan Gram. Bakteriuria juga dapat dideteksi lewat adanya nitrit pada pemeriksaan dengan dip-stick.  

2. Darah perifer dan hitung jenis 

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya leukositosis dengan predominansi neutrofil. 


5. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. 

 

6. Diagnosis Kerja Pielonefritis


7. Diagnosis Banding Uretritis akut, Sistitis akut, Akut abdomen, Appendisitis, Prostatitis bakterial akut, Servisitis, Endometritis, Pelvic inflammatory disease 

8. Penatalaksanaan 1. Non-medikamentosa 

a. Identifikasi dan meminimalkan faktor risiko 

b. Tatalaksana kelainan obstruktif yang ada 

c. Menjaga kecukupan hidrasi 


2. Medikamentosa 

a. Antibiotika empiris 

Antibiotika parenteral: diberikan jika pasien di Rumah sakit

Antibiotika oral:  

Antibiotik oral empirik awal untuk pasien rawat jalan adalah fluorokuinolon untuk basil Gram negatif. Untuk dugaan penyebab lainnya dapat digunakan Trimetoprim-sulfametoxazole. Jika dicurigai enterococcus, dapat diberikan Amoxicilin sampai didapatkan organisme penyebab. Sefalosporin generasi kedua atau ketiga juga efektif, walaupun data yang mendukung masih sedikit. Terapi pyeolnefritis akut nonkomplikata dapat diberikan selama 7 hari untuk gejala klinis yang ringan dan sedang dengan respons terapi yang baik. Pada kasus yang menetap atau berulang, kultur harus dilakukan. Infeksi berulang ataupun menetap diobati dengan antibiotik yang terbukti sensitif selama 7 sampai 14 hari. 

Penggunaan antibiotik selanjutnya dapat disesuaikan dengan hasil tes sensitifitas dan resistensi. 


b. Simtomatik 

Obat simtomatik dapat diberikan sesuai dengan gejala klinik yang dialami pasien, misalnya: analgetik-antipiretik, dan anti-emetik. 


9. Edukasi 1. Dokter perlu menjelaskan mengenai penyakit, faktor risiko, dan cara-cara pencegahan berulangnya PNA. 

2. Pasien seksual aktif dianjurkan untuk berkemih dan membersihkan organ kelamin segera setelah koitus. 

3. Pada pasien yang gelisah, dokter dapat memberikan assurance bahwa PNA non-komplikata dapat ditangani sepenuhnya dgn antibiotik yang tepat. 


10. Kriteria Rujukan 1. Ditemukan tanda-tanda urosepsis pada pasien.

2. Pasien tidak menunjukkan respons yang positif terhadap pengobatan yang diberikan.

3. Terdapat kecurigaan adanya penyakit urologi yang mendasari, misalnya: batu saluran kemih, striktur, atau tumor. 


11. Prognosis 1. Ad vitam : Bonam 

2. Ad functionam : Bonam 

3. Ad sanationam : Bonam 

12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama



No comments:

Post a Comment