1. Pengertian (Definisi) Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan zat patogen dan atau bahan kimia, misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.
2. Anamnesis 1. Diare akut.
Pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu.
Darah atau lendir pada tinja; menunjukkan invasi mukosa usus atau kolon.
2. Nyeri perut.
3. Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasari, seperti pada kolera yang berat.
4. Kembung.
Faktor Risiko
1. Riwayat makan/minum di tempat yang tidak higienis
2. Konsumsi daging/unggas yang kurang matang dapat dicurigai untuk Salmonella spp, Campylobacter spp, toksin Shiga E coli, dan Clostridium perfringens.
3. Konsumsi makanan laut mentah dapat dicurigai untuk Norwalk-like virus, Vibrio spp, atau hepatitis A.
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk menilai keparahan dehidrasi.
1. Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah turun, nadi cepat, mulut kering, penurunan keringat, dan penurunan output urin.
2. Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau melemah.
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Lakukan pemeriksaan mikroskopis dari feses untuk telur cacing dan parasit.
2. 2. Pewarnaan Gram, Koch dan metilen biru Loeffler untuk membantu membedakan penyakit invasifdari penyakitnon-invasif.
5. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
6. Diagnosis Kerja Keracunan makanan
7. Diagnosis Banding 1. Intoleransi
2. Diare spesifik seperti disentri, kolera dan lain-lain.
8. Penatalaksanaan 1. Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah self- limiting, pengobatan khusus tidak diperlukan. Dari beberapa studi didapatkan bahwa hanya 10% kasus membutuhkan terapi antibiotik. Tujuan utamanya adalah rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan intravena (misalnya, larutan natrium klorida isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi oral dicapai dengan pemberian cairan yang mengandung natrium dan glukosa. Obat absorben (misalnya, kaopectate, aluminium hidroksida) membantu memadatkan feses diberikan bila diare tidak segera berhenti.
2. Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi spesifik harus ditentukan dengan melakukan kultur tinja. Untuk itu harus segera dirujuk.
3. Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga kebersihan diri
9. Edukasi Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga higiene keluarga dan pasien.
10. Kriteria Rujukan 1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat.
2. Pasien mengalami perburukan.
11. Prognosis Prognosis umumnya bila pasien tidak mengalami komplikasi adalah bonam.
12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
No comments:
Post a Comment