PANDUAN PRAKTIK KLINIS HIPERTENSI ESENSIAL / DARAH TINGGI



1. Pengertian (Definisi) Hipertensi esensial merupakan peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi menjadi masalah karena meningkatnya prevalensi, masih banyak pasien yang belum mendapat pengobatan, maupun yang telah mendapat terapi tetapi target tekanan darah belum tercapai serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas

2. Anamnesis Keluhan

Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Keluhan hipertensi antara lain:

1. Sakit atau nyeri kepala

2. Gelisah

3. Jantung berdebar-debar

4. Pusing

5. Leher kaku

6. Penglihatan kabur

7. Rasa sakit di dada

Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah stres dan impotensi. 


Faktor Risiko

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga. 


Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:

1. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)

2. Konsumsi  tress  berlebihan

3. Aktivitas fisik kurang

4. Kebiasaan merokok

5. Obesitas

6. Dislipidemia 

7. Diabetus Melitus

8. Psikososial dan  tress 

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi komplikasi hipertensi ke organ lain. 

2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII. 

3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis dan pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena jugular, batas jantung, dan ronki). 

4. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Urinalisis (proteinuria), tes gula darah, Pada peserta prolanis dilakukan pemeriksaan profil lipid, ureum, kreatinin

5. Kriteria Diagnosis Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII)

 

6. Diagnosis Kerja Hipertensi

7. Diagnosis Banding -

8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis.

Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi

 

  

Alogaritme tata laksana hipertensi


1. Hipertensi tanpa compelling indication

a. Hipertensi stage 1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5-50 mg/hari), atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau kombinasi. CCB dengan pemberian amlodipine 5 mg 1x1, Beta blocker dengan pemberian bisoprolol 2,5 mg 1x1. 

b. Hipertensi stage 2 Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.

c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi di atas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.

Bila target tidak tercapai maka dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan obat lain sampai target tekanan darah tercapai 

 

2. Kondisi khusus lain

a. Lanjut Usia

Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari.

Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta.

b. Kehamilan

Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis kalsium, vasodilator.

Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama kehamilan. 

9. Edukasi 1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari. 

2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan.

3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada gejala.

4. Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.  

10. Kriteria Rujukan 1. Hipertensi dengan komplikasi

2. Resistensi hipertensi

3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180) 

11. Prognosis Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol.  

12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.



No comments:

Post a Comment