PANDUAN PRAKTIK KLINIS ANKILOSTOMIASIS (INFEKSI CACING TAMBANG)



1. Pengertian (Definisi) Penyakit cacing tambang adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi parasit Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. 

2. Anamnesis Keluhan 

Migrasi larva 

1. Sewaktu menembus kulit, bakteri piogenik dapat terikut masuk pada saat larva menembus kulit, menimbulkan rasa gatal pada kulit (ground itch). Creeping eruption (cutaneous larva migrans), umumnya disebabkan larva cacing tambang yang berasal dari hewan seperti kucing ataupun anjing, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan oleh larva Necator americanus ataupun Ancylostoma duodenale. 

2. Sewaktu larva melewati paru, dapat terjadi pneumonitis, tetapi tidak sesering oleh larva Ascaris lumbricoides. 


Cacing dewasa 

Cacing dewasa umumnya hidup di sepertiga bagian atas usus halus dan melekat pada mukosa usus. Gejala klinis yang sering terjadi tergantung pada berat ringannya infeksi; makin berat infeksi manifestasi klinis yang terjadi semakin mencolok seperti : 

1. Gangguan gastro-intestinal yaitu anoreksia, mual, muntah, diare, penurunan berat badan, nyeri pada daerah sekitar duodenum, jejunum dan ileum. 

2. Pada pemeriksaan laboratorium, umumnya dijumpai anemia hipokromik mikrositik. 

3. Pada anak, dijumpai adanya korelasi positif antara infeksi sedang dan berat dengan tingkat kecerdasan anak. 


Bila penyakit berlangsung kronis, akan timbul gejala anemia, hipoalbuminemiadan edema. Hemoglobin kurang dari 5 g/dL dihubungkan dengan gagal jantung dan kematian yang tiba-tiba. Patogenesis anemia pada infeksi cacaing tambang tergantung pada 3 faktor yaitu: 

1. Kandungan besi dalam makanan 

2. Status cadangan besi dalam tubuh pasien 

3. Intensitas dan lamanya infeksi 


Faktor Risiko 

1. Kurangnya penggunaan jamban keluarga 

2. Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk 

3. Tidak menggunakan alas kaki saat bersentuhan dengan tanah 

4. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang. 

3. Pemeriksaan Fisik 1. Konjungtiva pucat 

2. Perubahan pada kulit (telapak kaki) bila banyak larva yang menembus kulit, disebut sebagai ground itch. 


4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan mikroskopik pada tinja segar ditemukan telur atau larva atau cacing dewasa.

Pemeriksaan tinja tidak dapat dilakukan di Puskesmas ............. 


5. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 


6. Diagnosis Kerja Klasifikasi: 

1. Nekatoriasis 

2. Ankilostomiasis 


7. Diagnosis Banding -

8. Penatalaksanaan 1. Memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan, antara lain: 

a. Masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga. 

b. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk 

c. Menggunakan alas kaki, terutama saat berkontak dengan tanah. 

2. Farmakologis 

a. Mebendazole 100 mg, 2 x sehari, selama 3 hari berturut-turut, atau 

b. Sulfasferosus

9. Edukasi Konseling dan Edukasi 

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain: 

1. Sebaiknya masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga. Sehingga kotoran manusia tidak menimbulkan pencemaran pada tanah disekitar lingkungan tempat tinggal kita. 

2. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk.

3. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia. 

4. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah. 

5. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukkan aktifitas dengan menggunakan sabun dan air mengalir. 

6. Menggunakan alas kaki saat berkontak dengan tanah. 


10. Kriteria Rujukan -


11. Prognosis Penyakit ini umumnya memiliki prognosis bonam, jarang menimbulkan kondisi klinis yang berat, kecuali terjadi perdarahan dalam waktu yang lama sehingga terjadi anemia.


12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama



No comments:

Post a Comment