PANDUAN PRAKTIK KLINIS REFLUKS GASTROESOFAGEAL



1. Pengertian (Definisi) Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah mekanisme refluks melalui sfingter esofagus. 


2. Anamnesis 1. Pasien biasanya memiliki faktor risiko . Rasa panas dan terbakar di retrosternal atau epigastrik dan dapat menjalar ke leher disertai muntah, atau timbul rasa asam di mulut terutama setelah makan dengan volume besar dan berlemak. Keluhan sering muncul pada malam hari. 

2. Pasien memiliki faktor risiko antara lain : 

a. Usia > 40 tahun, 

b. Obesitas, 

c. Kehamilan, 

d. Merokok, 

e. Konsumsi kopi, alkohol, coklat, makan berlemak, beberapa obat di antaranya nitrat, teofilin dan verapamil, 

f. Pakaian yang ketat,

g. Pekerja yang sering mengangkat beban berat


3. Pemeriksaan Fisik Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD. Bila hasilnya positif, maka dilakukan tes dengan pengobatan PPI (Proton Pump Inhibitor).


4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang cermat. Kemudian untuk di fasilitas pelayanan tingkat pertama, pasien diterapi dengan PPI test, bila memberikan respon positif terhadap terapi, maka diagnosis definitif GERD dapat disimpulkan. 


5. Diagnosis Kerja GERD


6. Diagnosis Banding Angina pektoris, Akhalasia, Dispepsia, Ulkus peptik, Ulkus duodenum, Pankreatitis



7. Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik untuk kasus ini. 



8. Penatalaksanaan 1. Terapi dengan medikamentosa dengan cara memberikan Proton Pump Inhibitor (PPI) dosis tinggi selama 7-14 hari. Bila terdapat perbaikan gejala yang signifikan (50-75%) maka diagnosis dapat ditegakkan sebagai GERD. PPI dosis tinggi berupa omeprazol 2 x 20 mg/hari dan lansoprazol 2 x 30 mg/hari. 

2. Setelah ditegakkan diagnosis GERD, obat dapat diteruskan sampai 4 minggu dan boleh ditambah dengan prokinetik seperti domperidon 3 x 10 mg. 

3. Pada kondisi tidak tersedianya PPI, maka penggunaan H2 Blocker 2 x / hari: simetidin 400-800 mg atau ranitidin 150 mg atau famotidin 20 mg. 


 




9. Edukasi a. Edukasi untuk melakukan modifikasi gaya hidup yaitu dengan mengurangi berat badan, 

b. Berhenti merokok, tidak mengkonsumsi zat yang mengiritasi lambung seperti kafein, aspirin, dan alcohol,

c. Posisi tidur sebaiknya dengan kepala yang lebih tinggi. 

d. Tidur minimal setelah 2 sampai 4 jam setelah makanan, makan dengan porsi kecil dan kurangi makanan yang berlemak


10. Kriteria Rujukan 1. Pengobatan empirik tidak menunjukkan hasil 

2. Pengobatan empirik menunjukkan hasil namun kambuh kembali 

3. Adanya alarm symptom: 

a. Berat badan menurun 

b. Hematemesis melena 

c. Disfagia (sulit menelan) 

d. Odinofagia (sakit menelan) 

e. Anemia 

11. Prognosis Prognosis umumnya bonam tetapi sangat tergantung dari kondisi pasien saat datang dan pengobatannya


12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.



No comments:

Post a Comment