1. Pengertian (Definisi) Fimosis adalah kondisi dimana preputium tidak dapat diretraksi melewati glans penis
2. Anamnesis 1. Pasien umumnya mengeluhkan berupa gangguan aliran urin seperti:
a. Nyeri saat buang air kecil
b. Mengejan saat buang air kecil
c. Pancaran urin mengecil
d. Benjolan lunak di ujung penis akibat penumpukan smegma.
2. Pasien memiliki faktor risiko .
a. Hygiene yang buruk
b. Episode berulang balanitis atau balanoposthitis menyebabkan skar pada preputium yang menyebabkan terjadinya fimosis patalogis
c. Fimosis dapat terjadi pada 1% pria yang tidak menjalani sirkumsisi
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
a. Preputium tidak dapat diretraksi keproksimal hingga ke korona glandis
b. Pancaran urin mengecil
c. Menggelembungnya ujung preputium saat berkemih
d. Eritema dan udem pada preputium dan glans penis
e. Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan tampak sehat
f. Pada fimosis patalogis pada sekeliling preputium terdapat lingkaran fibrotik
g. Timbunan smegma pada sakus preputium
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Fimosis
6. Diagnosis Banding Parafimosis, Balanitis, Angioedema
7. Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk kasus ini.
8. Penatalaksanaan a. Pemberian salep kortikosteroid (0,05% betametason) 2 kali perhari selama 2-8 minggu pada daerah preputium.
b. Sirkumsisi
9. Edukasi Pemberian penjelasan terhadap orang tua atau pasien agar tidak melakukan penarikan preputium secara berlebihan ketika membersihkan penis karena dapat menimbulkan parut.
10. Kriteria Rujukan Bila terdapat komplikasi dan penyulit untuk tindakan sirkumsisi maka dirujuk ke layanan sekunder
11. Prognosis Prognosis bonam bila penanganan sesuai
12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
No comments:
Post a Comment