1. Pengertian (Definisi) Dermatitis atopik (eczema atopik, eczema konstitusional, eczema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier ) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga atau penderita.
2. Anamnesis 1. Pasien datang dengan keluhan gatal yang bervariasi lokasinya tergantung pada jenis dermatitis atopik
2. Gatal yang timbul, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk.
3. Pasien biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.
4. Pasien dengan DA (Dermatitis Atopik) memiliki faktor risiko antara lain :
a. Wanita, dimana wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan pria (rasio 1,3 :1)
b. Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi, Konjungtivitis alergi/vernalis, asma bronkial, dermatitis atopik, dan lain-lain).
c. Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya penggunaan antibiotik.
d. Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung, dan sejenisnya.
3. Pemeriksaan Fisik Kulit penderita DA:
1. Kering pada perabaan
2. Pucat/redup
3. Jari tangan teraba dingin
4. Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta pada lokasi predileksi
Lokasi predileksi:
1. Tipe bayi (infantil)
a. Dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai, serta lutut (pada anak yang mulai merangkak).
b. Lesi berupa eritema, papul vesikel halus, eksudatif, krusta.
2. Tipe anak
a. Lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian dalam, kelopak mata, leher, kadang-kadang di wajah.
b. Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, sedikit skuama, likenifikasi, erosi. Kadang-kadang disertai pustul.
3. Tipe remaja dan dewasa
a. Lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata, tangan dan pergelangan tangan, kadang-kadang ditemukan setempat misalnya bibir mulut, bibir kelamin
b. Lesi berupa plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, kadang-kadang erosi dan eksudasi, terjadi hiperpigmentasi.
4. Berdasarkan derajat keparahan terbagi menjadi:
a. DA ringan : apabila mengenai < 10% luas permukaan kulit.
b. DA sedang : apabila mengenai 10-50% luas permukaan kulit.
c. DA berat : apabila mengenai > 50% luas permukaan kulit.
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik harus terdiri dari 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari kriteria Williams (1994) di bawah ini.
Kriteria mayor:
1. Pruritus
2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
3. Dermatitis di fleksura pada dewasa
4. Dermatitis kronis atau berulang
5. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria minor:
1. Xerosis Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus herpes simpleks)
2. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris
3. Pitriasis alba
4. Dermatitis di papilla mamae
5. White dermogrhapism dan delayed blanch response
6. Kelilitis
7. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
8. Konjungtivitis berulang
9. Keratokonus
10. Katarak subskapsular anterior
11. Orbita menjadi gelap
12. Muka pucat atau eritem
13. Gatal bila berkeringat
14. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
15. Aksentuasi perifolikular
16. Hipersensitif terhadap makanan
17. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
Pada bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi menjadi:
1. Tiga kriteria mayor berupa:
a. Riwayat atopi pada keluarga
b. Dermatitis pada muka dan ekstensor
c. Pruritus
2. Serta tiga kriteria minor berupa:
a. Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris, aksentuasi perifolikular
b. Fisura di belakang telinga
c. Skuama di scalp kronis
5. Diagnosis Kerja Diagnosis ditegakkan jika ditemukan berdasarkan anamnesis dan pada pemeriksaan fisik ditemukan 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor dari Williams (1994)
6. Diagnosis Banding 1. Dermatitis seboroik (terutama pada bayi)
2. Dermatitis kontak,
3. Dermatitis numularis,
4. Skabies,
5. Iktiosi,
6. Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar)
7. Sindrom Sezary,
8. Dermatitis herpetiformis
Pada bayi, diagnosis banding, yaitu
1. Sindrom imunodefisiensi (misalnya sindrom Wiskott-Aldrich),
2. Sindrom hiper IgE
7. Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik yang dilakukan untuk kasus ini.
8. Penatalaksanaan a. Topikal (2 kali sehari)
i. Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) selama maksimal 2 minggu.
ii. Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%.
iii. Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik bila lesi meluas.
b. Oral sistemik
i. Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
ii. Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu
9. Edukasi Penatalaksanaan dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, yaitu:
a. Menemukan faktor risiko.
b. Menghindari bahan-bahan yang bersifat iritan termasuk pakaian seperti wol atau bahan sintetik.
c. Memakai sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
d. Menjaga kebersihan bahan pakaian
e. Menghindari pemakaian bahan kimia tambahan.
f. Membilas badan segera setelah selesai berenang untuk menghindari kontak klorin yang terlalu lama.
g. Menghindari stress psikis
h. Menghindari bahan pakaian terlalu tebal, ketat, kotor.
i. Pada bayi, menjaga kebersihan di daerah popok, iritasi oleh kencing atau feses, dan hindari pemakaian bahan-bahan medicated baby oil.
j. Menghindari pembersih yang mengandung antibakteri karena menginduksi resistensi.
10. Kriteria Rujukan a. Dermatitis atopik luas dan berat
b. Dermatitis atopik rekalsitran atau dependent steroid
c. Bila diperlukan skin prick test/tes uji tusuk
d. Bila gejala tidak membaik dengan pengobatan standar selama 4 minggu
e. Bila kelainan rekalsitran atau meluas sampai eritroderma
11. Prognosis Prognosis pada umumnya bonam, dapat terkendali dengan pengobatan pemeliharaan.
12. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
No comments:
Post a Comment