Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia
Selain pelayanan yang memiliki prinsip yang sama antara usia dewasa dan lanjut usia sebelumnya, terdapat pelayanan yang khusus ditujukan bagi lanjut usia, yaitu:
Pelayanan Lanjut Usia Sasaran
Masalah Kesehatan Pelayanan
Kesehatan Unit Pemberi Pelayanan Puskesmas (Kecamatan) Pustu (Desa/ Kelurahan) Posyandu (Dusun/RT/RW) Kunjungan Rumah (Rumah/ Masyarakat) Penurunan fungsi dan metabolisme tubuh (PM, PTM, demensia, keterbatasan aktivitas fi3ik, fingkaf ketergantungan) Skrining geriatri • perilaku berisiko; •
BB, TB (atau
LiLA dan Lingkar betis), LP,
IMT, TD; •
Skrining Akfififa3
Kehidupan Sehari- hari (AKS/ADL) dan skrining lansia sederhana (SKILAS), •
Tindak lanjut SKILAS dengan Mini Cog, SPPB, RAPUH,
MNA- SF, GDS-4, Snellen chart/E-chart dan Tes Bisik/Garpu tala •
pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol •
anamnesa perilaku
berisiko; •
BB, TB (atau LiLA dan
Lingkar betis), LP, IMT, TD; •
Skrining Akfififa3 Kehidupan
Sehari-hari (AKS/ADL) dan skrining lansia sederhana
(SKILAS), •
pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol) •
anamnesa perilaku
berisiko; •
BB, TB (atau LiLA dan
Lingkar betis), LP, IMT, TD; •
Skrining Akfififa3 Kehidupan
Sehari-hari (AKS/ADL) dan skrining lansia sederhana
(SKILAS), •
pemeriksaan laboratorium (gula darah, kolesterol •
Memastikan lansia mendapatkan pelayanan skrining •
Edukasi keluarga •
Asuhan Keperawatan
di rumah (perawatan jangka panjang) Perawatan lanjut usia di rumah (Home Care) Koordinasi dengan tim dalam rencana tindakan/intervensi keperawatan dan melakukan rujukan sesuai kondisi lanjut usia
a. Skrining Geriatri
1) Pelaksanaan Skrining
a) Sasaran: seluruh lanjut usia umur 60 tahun ke atas (≥ 60
tahun)
b) Frekuensi: dilakukan minimal 1 tahun sekali
c) Tempat pelaksanaan: Puskesmas, Pustu, Posyandu
d) Metode:
(1) Pemeriksaan status fungsional/aktifitas kehidupan sehari-hari dan skrining lansia sederhana (SKILAS), menggunakan instrument Activity Daily Living (ADL)/ Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) dan instrument skrining lansia sederhana (Formulir 5).
(2) Skrining dilakukan pada saat lanjut usia kontak pertama kali dengan petugas kesehatan di puskesmas atau Pustu atau dengan kader di Posyandu.
2) Interpretasi hasil:
a) Hasil pemeriksaan skrining ADL/AKS, jika skor:
20 : Mandiri (A)
12-19 : Ketergantungan ringan (B)
9-11 : Ketergantungan sedang (B)
5-8 : Ketergantungan berat (C)
0-4 : Ketergantungan total (C)
b) Hasil pemeriksaan skrining lansia sederhana (SKILAS):
jika ditemukan 1 atau lebih penurunan kapasitas intriksik (satu atau lebih yang dicentang), maka skrining dilanjutkan oleh petugas kesehatan berdasarkan penurunan kapasitas intrinsik yang ditemui sesuai alur asuhan lanjutan.
3) Intervensi lanjut:
a) Puskesmas dan Pustu
Anamnesa perilaku berisiko, pengukuran BB, TB (ukur LiLA dan lingkar betis apabila tidak dapat dilakukan BB, TB), Indeks Masa Tubuh (IMT), Lingkar Perut, Tekanan Darah, skrining ADL/AKS, skrining lansia sederhana/SKILAS serta pemeriksaan laboratorium gula darah dan kolesterol. Hasil skrining ditindaklanjuti dan ditatalaksana sesuai dengan hasil pemeriksaan.
a) Jika hasil pemeriksaan skrining ADL ditemukan:
a) lanjut usia sehat dan mandiri atau lanjut usia sehat dengan ketergantungan ringan, dapat mengikuti program lansia di ruangan tertentu/ruang kegiatan lansia dengan berbagai aktifitas seperti latihan fisik, stimulasi kognitif, edukasi/konseling, PMT, penyuluhan, interaksi sosial. Setelah itu pasien dapat pulang.
b) Lanjut usia sehat dengan ketergantungan sedang, berat atau total, maka harus mengikuti program layanan perawatan di rumah (homecare), dapat melibatkan pelaku rawat/pendamping/caregiver atau dirujuk ke Rumah Sakit.
c) Lanjut usia paska rawat 2 minggu pertama, lanjut usia yang memerlukan asuhan nutrisi, lansia yang memerlukan pendampingan, memiliki masalah psiko- kognitif) dengan status fungsional mandiri dapat dilayani di ruang kegiatan, sedangkan lansia dengan derajat ketergantungan ringan sampai sedang harus dipantau dokter selama mengikuti program di ruang kegiatan.
b) Jika hasil pemeriksaan skrining lansia sederhana ditemukan satu atau lebih penurunan kapasitas intrinsik, maka dilakukan skrining lanjutan oleh petugas kesehatan berdasarkan penurunan kapasitas intrinsik yang ditemukan sesuai alur asuhan lanjutan menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale 4 (GDS-4). Mini Cog/ AMT, RAPUH, SPPB, dan Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF), dst. Rangkuman instrumen ICOPE di Puskesmas sebagai tindak lanjut SKILAS.
NO |
PENURUNAN KAPASITAS INSTRINSIK |
INSTRUMEN |
1 |
Penurunan Kognitif |
Mini-Cog/AMT |
2 |
Keterbatasan Mobilitas |
Short Physical Performance Battery (SPBB) |
3 |
Malnutrisi |
MNA SF Skrining R.A.P.U.H |
4 |
Gangguan Penglihatan |
Tes Penglihatan dengan Bagan Mata Sederhana WHO |
5 |
Gangguan Pendengaran |
Tes Bisik |
6 |
Gejala Depresi |
Geriatric Depression Scale (GDS-4) |
7 |
Status Fungsional |
Activity Daily Living (ADL) |
8 |
Sarcopenia |
Kuesioner SARC-CalF |
No comments:
Post a Comment