SOP KONSELING HIV / AIDS

 

 

KONSELING HIV / AIDS

 

SOP

No. Dokumen

:

No.Revisi      

:

TanggalTerbit

:

Halaman

:

 

PUSKESMAS CICALENGKA DTP

 

 

 

drg.Nurtiana
NIP 19760810 200801 2 010

Pengertian

Suatu proses konsultasi untuik membantu pasien mempelajari situasi mereka, mengenali dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.

Tujuan

1.     Menyediakan dukungan psikologik.

2.     Mencegah penularan HIV.

3.     Menyediakan informasi tenteng perilaku beresiko.

4.     Membantu mengembangkan keahlian pribadi yang diperlukan untuk menjalani kebiasaan hidup aman.

5.     Memastikan pengobatan yang efektif termasuk pemecahan masalah dengan menangani isu.

Kebijakan

1.   Konseling diberikan oleh konselor yang telah terlatih.

2.   Ruang konseling harus aman, nyaman serta perlu manjaga kerahasiaan.

3.   Syarat-syarat konselor di Rumah Sakit:

3.1.   Harus terlatih melalui pelatihan atau pendidikan formal.

3.2.   Menyediakan diri dan waktunya untuk membantu pasien melalui konseling.

3.3.   Dapat berempati dan mendengarkan dengan perhatian.

3.4.   Memahami proses infeksi HIV dan infeksi opotunistik.

3.5.   Dapat menyimpan rahasia.

Prosedur

1.     Persiapan :

1.1.  Alat :

1.1.1.     Leaflet

1.1.2.     Ruang konseling

1.1.3.     Meja dan kursi untuk petugas dan pasien

 

 

2. Langkah – langkah :

2.1. Konseling pencegahan :

2.1.1.   Pemahaman HIV / AIDS dan dampak fisik serta psikososial.

2.1.2.   Cara penularan dan pencegahan.

2.1.3.   Pemahaman perilaku hidup sehat.

2.1.4.   Mendorong perubahan perilaku kearah hidup sehat.

2.2.   Konseling Pre test

2.2.1.   Motivasi pelaksanaan test sukarela.

2.2.2.   Interpretsi hasil yest meliputi:

2.2.2.1.   penapisan dan konfirmasi

2.2.2.2.   tanpa gejala dan gejala nyata.

2.2.2.3.   Pemahaman  infeksi HIV dan dampaknya. HIV tidak dapat sembuh namun dapat tetap produktif.

2.2.2.4.   Infeksi opotunistis dapat diobati.

2.2.3.   Estimasi hasil

2.2.3.1.   Kesiapan mental emosional penerimaaan hasil pemeriksaan.

2.2.3.2.   Mengkaji factor resiko

2.2.3.3.   Periode jendela.

2.2.4.   Membuat rencana jika didapatkan hasil.

2.2.4.1.   Apa yang dilakukan jika hasil positif atau negatif.

2.2.4.2.   Memperkirakan dukungan dari orang dekat / sekitar pasien. Membangun pemahaman hidup sehat dan mendorong perilaku sehat.

Membuat keputusan : melaksanakan test / tidak.

 

2.3.   Konseling Pasca test

2.3.1.   menilai situasi psikososial terkini, mendukung mental emosional pasien.

2.3.2.   Menilai pemahaman klien.

2.3.3.   Membacakan hasil.

2.3.4.   Mendukung emosi klien, ventilasi dan mendorong klien bicara lebih lanjut.

2.3.5.   Manajemen pemecahan masalah : gali masalah, pahami dan jelaskan pada klien, susun rencana. Membantu membuat rencana menghadapi kehidupan pasca pemberitahuan hasil dengan perubahan kearah perilaku sehat.

2.4.   Konseling menghadapi kematian

2.4.1.   Pemahaman akan makna hidup.

2.4.2.   Pemahaman kan makna meninggal duania.

2.4.3.   Cita-cita yang sudah tercapai.

2.4.4.   Cita-cita yang belum tercapai.

2.4.5.   Bagaimana dengan cita-cita yang belum tercapai kepada siapa mau disampaikan.

2.5.   Konseling kepatuhan berobat

2.5.1.   Pemahaman jenis, cara dan proses pengobatan.

2.5.2.   Pemahaman dampak putus obat.

2.5.3.   Dukungan untuk mengurangi beban psikologik yang membuat pasien merasa sakit / cacat / tidak berdaya, tak ada harapan menghadapi kehidupan karena ia harus meggunakan obat dalam jangka waktu panjang.

3.         Hal – hal yang harus diperhatikan :

3.1.     Tahap penerimaan pasien

3.2.     Respon pasien

3.3.     Kerahasiaan pasien

Unit Terkait

SMF, IRNA