|
KONSELING HIV / AIDS |
|
||
SOP |
No.
Dokumen |
: |
||
No.Revisi |
: |
|||
TanggalTerbit |
: |
|||
Halaman |
: |
|||
PUSKESMAS CICALENGKA DTP |
|
drg.Nurtiana |
||
Pengertian |
Suatu proses konsultasi untuik
membantu pasien mempelajari situasi mereka, mengenali dan melakukan pemecahan
masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan. |
|||
Tujuan |
1.
Menyediakan dukungan psikologik. 2.
Mencegah penularan HIV. 3.
Menyediakan informasi tenteng perilaku beresiko. 4.
Membantu mengembangkan keahlian pribadi yang
diperlukan untuk menjalani kebiasaan hidup aman. 5.
Memastikan pengobatan yang efektif termasuk
pemecahan masalah dengan menangani isu. |
|||
Kebijakan |
1.
Konseling diberikan oleh konselor yang telah
terlatih. 2.
Ruang konseling harus aman, nyaman serta perlu
manjaga kerahasiaan. 3.
Syarat-syarat konselor di Rumah Sakit: 3.1.
Harus terlatih melalui pelatihan atau pendidikan
formal. 3.2.
Menyediakan diri dan waktunya untuk membantu pasien
melalui konseling. 3.3.
Dapat berempati dan mendengarkan dengan perhatian. 3.4.
Memahami proses infeksi HIV dan infeksi opotunistik. 3.5.
Dapat menyimpan rahasia. |
|||
Prosedur |
1. Persiapan : 1.1.
Alat : 1.1.1.
Leaflet 1.1.2.
Ruang konseling 1.1.3.
Meja dan kursi untuk
petugas dan pasien |
|||
|
2. Langkah
– langkah : 2.1. Konseling pencegahan : 2.1.1.
Pemahaman HIV / AIDS dan dampak fisik serta
psikososial. 2.1.2.
Cara penularan dan pencegahan. 2.1.3.
Pemahaman perilaku hidup sehat. 2.1.4.
Mendorong perubahan perilaku kearah hidup sehat. 2.2.
Konseling Pre test 2.2.1.
Motivasi pelaksanaan test sukarela. 2.2.2.
Interpretsi hasil yest meliputi: 2.2.2.1.
penapisan dan konfirmasi 2.2.2.2.
tanpa gejala dan gejala nyata. 2.2.2.3.
Pemahaman
infeksi HIV dan dampaknya. HIV tidak dapat sembuh namun dapat tetap
produktif. 2.2.2.4.
Infeksi opotunistis dapat diobati. 2.2.3.
Estimasi hasil 2.2.3.1.
Kesiapan mental emosional penerimaaan hasil
pemeriksaan. 2.2.3.2.
Mengkaji factor resiko 2.2.3.3.
Periode jendela. 2.2.4.
Membuat rencana jika didapatkan hasil. 2.2.4.1.
Apa yang dilakukan jika hasil positif atau negatif. 2.2.4.2.
Memperkirakan dukungan dari orang dekat / sekitar
pasien. Membangun pemahaman hidup sehat dan mendorong perilaku sehat. Membuat keputusan : melaksanakan
test / tidak. |
|||
|
2.3.
Konseling
Pasca test 2.3.1.
menilai
situasi psikososial terkini, mendukung mental emosional pasien. 2.3.2.
Menilai
pemahaman klien. 2.3.3.
Membacakan
hasil. 2.3.4.
Mendukung
emosi klien, ventilasi dan mendorong klien bicara lebih lanjut. 2.3.5.
Manajemen
pemecahan masalah : gali masalah, pahami dan jelaskan pada klien, susun
rencana. Membantu membuat rencana menghadapi kehidupan pasca pemberitahuan
hasil dengan perubahan kearah perilaku sehat. 2.4.
Konseling
menghadapi kematian 2.4.1.
Pemahaman
akan makna hidup. 2.4.2.
Pemahaman
kan makna meninggal duania. 2.4.3.
Cita-cita
yang sudah tercapai. 2.4.4.
Cita-cita
yang belum tercapai. 2.4.5.
Bagaimana
dengan cita-cita yang belum tercapai kepada siapa mau disampaikan. 2.5.
Konseling
kepatuhan berobat 2.5.1.
Pemahaman
jenis, cara dan proses pengobatan. 2.5.2.
Pemahaman
dampak putus obat. 2.5.3.
Dukungan
untuk mengurangi beban psikologik yang membuat pasien merasa sakit / cacat /
tidak berdaya, tak ada harapan menghadapi kehidupan karena ia harus
meggunakan obat dalam jangka waktu panjang. 3.
Hal – hal yang harus diperhatikan : 3.1.
Tahap
penerimaan pasien 3.2.
Respon
pasien 3.3.
Kerahasiaan
pasien |
|||
Unit
Terkait |
SMF, IRNA |